Diskriminasi, menurut wikipedia bahasa Indonesia artinya merujuk kepada pelayanan yang
tidak adil terhadap individu tertentu, dimana layanan ini dibuat berdasarkan
karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Ketika seseorang
diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik tertentu, seperti suku,
agama, ras, antargolongan, jenis kelamin, politik, atau karakteristik lainnya,
diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminsasi.
Sikap diskriminasi akan memperlakukan seseorang secara subjektif, bukan secara
objektif. Dalam kehidupan sehari-hari, istilah diskriminasi mungkin yang sering
kita sebut dengan “Pilih-Kasih”. Jadi pada intinya, diskriminasi akan mengubah
peluang yang dimiliki oleh seseorang yang didiskriminasi, disaat sebenarnya dia
memiliki peluang sama dengan orang lain. Diskriminasi tidak hanya dialami oleh
manusia, tetapi makhuk hidup lain seperti hewan pun bisa mendapatkan perlakuan
diskriminasi. Contohnya, ketika seekor induk hewan melahirkan anak yang berbeda
dengan ciri yang dimiliknya, seperti berbeda warna kulit, mengalami kelainan
genetik, menderita albino, cacat, ataupun perbedaan lainnya, bisa saja induk
hewan tersebut akan menjauhi anaknya yang menderita kelainan tersebut atau
memperlakukannya dengan cara yang berbeda dengan anak lainnya yang terlahir
dengan fisik yang normal.
Sedangkan dalam kehidupan manusia sehari-hari, tidak jarang
terdapat kasus-kasus diskriminasi yang dilakukan dan dialami oleh orang-orang
tertentu. Berikut contoh-contohnya:
a. sebagian masyarakat yang menempatka laki-laki lebih tinggi
dari pada perempuan
b. adanya jurang pemisah antara orang kaya dan orang miskin
c. di Amerika Serikat, adanya ponggolongan antara orang yang
berkulit putih dengan orang yang berkulit hitam (orang negro). Orang kulit
putih beranggapan bahwa mereka adalah orang pribumi, Sedangkan orang negro
dianggap sebagai budak dan merupakan sumber kerusuhan dan kekacauana
d. Stevan yang beraga Kristen enggan berteman dengan Tusuf yang
beragama islam. Hal ini dikarenakan perbedaan agama
e. a. Orang tua yang
melahirkan anak yang cacat, kemudian orang tua tersebut memperlakukan anaknya
yang cacat tersebut dengan cara yang berbeda dari anaknya yang lain yang tidak
mengalami cacat, atau bahkan menitipkannya kepada orang lain karena merasa
malu. Padahal bagaimanapun anak tersebut adalah titipan Tuhan, yang harus
dipertanggung jawabkan kelak.
b. - Saat
menjalani kegiatan belajar mengajar di kelas, seorang guru lebih memperhatikan
muridnya yang pandai ketimbang murid lainnya yang biasa-biasa saja. Bahkan, ada
juga guru yang lebih memperhatikan murid perempuan ketimbang murid laki-laki.
Padahal semua murid memiliki hak dan kewajiban yang sama yang harus dipenuhi.
c. - Ada
juga kasus diskriminasi di area parkir kendaraan. Terkadang ada saja tukang
parkir yang lebih memilih kendaraan-kendaraan yang bagus untuk ia parkirkan,
ketimbang kendaraan-kendaraan yang lebih jadul. Memang diskriminasi dapat
terjadi dimana saja.
d. - Nih
ada lagi kasusnya. Di tempat perbelanjaan, terkadang ada petugas atau staff
yang akan lebih dulu melayani calon pembeli yang kelihatan “WAH” ketimbang
melayani calon pembeli yang berpenampilan biasa-biasa saja. Hmm, itu juga
termasuk diskriminasi loh...
e. - Contoh
lain, ada di rumah sakit. Penyakit bisa menyerang siapa saja, tidak memandang
dia anak kecil atau orang dewasa, bahkan kaya ataupun miskin. Ketika seseorang
hendak berobat ke rumah sakit, terlebih dahulu harus menyelesaikan urusan biaya
berobat ke bagian administrasi. Biasanya rumah sakit akan terlebih dahulu
melayani pasien yang memiliki biaya pengobatan ketimbang pasien yang tidak
memiliki biaya rumah sakit. Ketika hanya tersisa satu ruang perawatan, biasanya
rumah sakit akan memberikannya kepada orang yang memiliki biaya untuk
perawatan, padahal orang yang tidak memiliki biaya harus lebih dahulu
mendapatkan perawatan. Alhasil kejadian tersebut menyebabkan semakin
memburuknya penyakit pasien bahkan kematian bukan tidak mungin bisa terjadi,
karena tidak segera mendapat penanganan dari dokter. Sungguh miris...
f. - Kalian
tahu istilah ODHA? Ya, ODHA singkatan dari “Orang Dengan HIV AIDS”. Penderita ODHA
biasanya tidak terlalu nampak gejalanya bila dilihat secara kasat mata. Tetapi,
bila ODHA sudah ketahuan bahwa dia menderita penyakit tersebut, biasanya orang
disekelilingnya akan menjauhinya, tidak terkecuali orang terdekatnya seperti
teman, sahabat, bahkan keluarga. Padahal, hanya dengan berdekatan dengan ODHA
tidak akan menularkan penyakit HIV AIDS tersebut, jadi tidak bijaksana jika
kita mendiskriminasi orang-orang yang menderita HIV AIDS.
Dalam kehidupan sehari-hari kita harus adil kepada siapapun dan
apapun, tidak boleh membedakan satu dengan yang lainnya. Kita semua adalah sama
di mata Tuhan, jadi jangan sekali kali kita mendiskriminasikan orang-orang di
sekitar kita.
Apabila
tidak dikelola dengan baik, perbedaan budaya dan adat istiadat antarkelompok
masyarakat tersebut akan menimbulkan konflik sosial akibat adanya sikap
etnosentrisme. Sikap tersebut timbul karena adanya anggapan suatu kelompok
masyarakat bahwa mereka memiliki pandangan hidup dan sistem nilai yang berbeda
dengan kelompok masyarakat lainnya.
Salah
satu contoh etnosentrisme di Indonesia adalah perilaku carok dalam masyarakat
Madura. Menurut Latief Wiyata, carok adalah tindakan atau upaya pembunuhan yang
dilakukan oleh seorang laki-laki apabila harga dirinya merasa terusik. Secara
sepintas, konsep carok dianggap sebagai perilaku yang brutal dan tidak masuk
akal. Hal itu terjadi apabila konsep carok dinilai dengan pandangan kebudayaan
kelompok masyarakat lain yang beranggapan bahwa menyelesaikan masalah dengan
menggunakan kekerasan dianggap tidak masuk akal dan tidak manusiawi. Namun,
bagi masyarakat Madura, harga diri merupakan konsep yang sakral dan harus
selalu dijunjung tinggi dalam masyarakat. Oleh karena itu, terjadi perbedaan
penafsiran mengenai masalah carok antara masyarakat Madura dan kelompok
masyarakat lainnya karena tidak adanya pemahaman atas konteks sosial budaya
terjadinya perilaku carok tersebut dalam masyarakat Madura. Contoh
etnosentrisme dalam menilai secara negatif konteks sosial budaya terjadinya
perilaku carok dalam masyarakat Madura tersebut telah banyak ditentang oleh
para ahli ilmu sosial.
Contoh
yang lain adalah kebiasaan memakai koteka bagi masyarakat papua pedalaman. Jika
dipandang dari sudut masyarakat yang bukan warga papua pedalaman, memakai
koteka mungkin adalah hal yang sangat memalukan. Tapi oleh warga pedalaman
papua, memakai koteka dianggap sebagai suatu kewajaran, bahkan dianggap sebagai
suatu kebanggan.
kita tidak boleh menilai orang dari penampilan dan yang kita lihat saja, kita juga harus melihat sifatnya dan kebiasaannya bila mau menilai orang. intinya kita tidak boleh membeda-bedakan diri kita atau kelompok kita dengan orang lain atau kelompok lain.